Ucapkan...

Ucapkan...

Kamis, 14 November 2013

'ILMU AL JARH WA AL TA'DIL (BAGIAN 3)












G.        Tingkatan-Tingkatan Al-Jarh wa al-Ta`dil

Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, para penutur hadis tidak dalam satu derajat yang sama, baik dari segi ke-adil-an maupun ke-dhabith-an serta hapalannya. Pada aspek hapalan: ada yang sempurna, ada yang kurang baik dalam hapalan maupun ketepatan, dan ada pula yang sering lupa dan salah padahal mereka masuk kategori orang yang adil dan amanah, di samping ada juga yang dimasukkan ke dalam kelompok pendusta. Kondisi para penutur hadis yang berbeda dan bertingkat ini kemudia – tentu dengan seijin Allah – terungkap melalui kerja segenap jawarih para ulama hadis yang tanpa lelah bekerja melakukan otentifikasi hadis. Setelah itu mereka juga menetapkan pemeringkatan jarh dan ta`dil disertai penentuan lafal-lafal yang menunjukkan perbedaan tingkat para penutur hadis.

Tingkatan pada ta`dil dikelompokkan menjadi enam, begitu pun pada jarh.

1.      Tingkat-tingkat pada Ta`dil
a.       Tingkat pertama, ta`dil yang menggunakan bentuk superlatif dalam pen-Ta`dil-an, atau dengan menggunakan kata yang ber-wazan (timbangan dalam pecahan kalimat) af’ala. Misalnya: “Fulan kepadanyalah puncak ketepatan dalam periwayatan” atau “Fulan yang paling tepat periwayatan dan ucapannya” atau Fulan orang yang paling kuat hafalan dan ingatannya”.
b.      Tingkat Kedua, dengan menyebutkan sifat yang menguatkan ke-tsiqah-an dan ketepatan periwayatannya, baik dengan lafal maupun dengan makna, seperti : tsiqah-tsiqah, tsiqah-tsabt, tsiqah-ma’mun, tsiqah-mutqin, atau tsiqah-hafizh.
c.       Tingkat Ketiga, menggunakan lafal-lafal yang menunjukkan adanya penilaian baik (tsiqah) tanpa disertai penguatan atas hal itu, seperti: kata tsiqah saja, tsabt saja, atau hafizh saja.
d.      Tingkat Keempat, menggunakan kata-kata yang menyebutkan adanya sifat-sifat adil dan terpercaya, namun tidak disertai isyarat atas kekuatan hapalan dan ketelitian dalam periwayatan. Kata-kata yang biasa digunakan untuk kategori ini adalah: shaduq, ma’mun, mahalluhu al-shidq (ia tempatnya kejujuran), atau lâ ba’sa bihi (tidak mengapa dengannya). Hanya saja dalam pendapat Ibn Ma’in kata lâ ba’sa bihi adalah tsiqah.[1]
e.       Tingkat Kelima, lafal yang tidak menunjukkan adanya ta`dil ataupun jarh, seperti : fulan syaikh (fulan seorang guru hadis), ruwiya ‘anhul-hadits (hadis diriwayatkan darinya), atau hasanul-hadits (hadisnya baik).
f.       Tingkat Keenam, adanya isyarat yang mendekati celaan (jarh), seperti : shalih al-hadits (haditsnya lumayan), atau yuktab haditsuh (dicatat hadisnya).

2. Efektifitas Hukum Masing-Masing Tingkat
a.       Tiga tingkatan pertama dapat dijadikan hujjah, meskipun sudah barang tentu sesuai dengan kualifikasi mereka masing-masing.
b.      Sementara tingkat yang keempat dan kelima tidak dapat dijadikan hujjah, tetapi hadisnya boleh ditulis. Akurasi periwayatan mereka diuji dengan mengkomparasi hadis-hadisnya dengan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang berada pada peringkat pertama sampai ketiga. Jika penuturannya sesuai dengan hadis mereka, hadisnya dapat dijadikan hujjah, namun jika tidak bersesuaian, maka hadisnya tertolak.
c.       Sedangkan untuk tingkat keenam, tidak dapat dijadikan hujjah, hanya saja hadis-hadis mereka boleh ditulis untuk dijadikan bahan pertimbangan, tidak untuk pengujian, karena ketidak-dhabith-an mereka.


[1] Ibnu Ma’in dikenal sebagai ahli hadis yang mutasyaddid (ketat dalam menetapkan syarat/kriteria bagi perawi hadis), sehingga lafal yang biasa saja yang disampaikannya sudah cukup untuk menunjukkan terpercaya (tsiqah)-nya seorang perawi.

J.      Kitab-Kitab Al-Jarh wa al-Ta`dil

Karya dalam al-Jarh wa al-Ta`dil telah berkembang pesat pada sekitar abad ke-3 sampai ke-4 hijrah. Mereka yang kerap disebut sebagai pionir dalam kerja tashnif pengetahuan ini adalah Yahya Ibn Ma’in, Ali Ibn al-Madini, dan Ahmad Ibn Hanbal. Setelah itu secara meluas penulisan dilakukan oleh generasi sesudahnya dengan memuat seluruh komentar dan pendapat penulis pada generasi sebelumnya.

Para penyusun menerapkan metode yang berlainan, sebagian dari mereka ada yang menulis nama-nama perawi yang berkategori dha`if saja, sementara yang lainnya hanya menyebutkan orang-orang yang tsiqat, dan ada juga yang menggabungkan keduanya.

Sebagian besar metode yang dipakai oleh para pengarang adalah mengurutkan nama para perawi sesuai dengan huruf abjad (mu’jam).

Berikut adalah karya-karya dalam studi al-jarh wa al-ta`dil:

  1. Kitab Ma’rifah al-Rijal, karya Yahya Ibn Ma’in (w. tahun 233 H), sebagiannya berbentuk manuskrip.
  2. Kitab al-Dhu`afa al-Kabir dan al-Dhu`afa al-Shaghir, buah tangan Imam Muhammad Ibn Ismail al-Bukhari (w. tahun 256 H), dicetak di India . Karya beliau yang lainnya: al-Tarikh al-Kabir, al-Tarikh al-Awsath, dan al-Tarikh al-Shaghir.
  3. Kitab al-Tsiqat, karya Abu al-Hasan Ahmad Ibn Abdillah Ibn Shalih al-‘Ijliy (w. tahun 261 H), dalam bentuk manuskrip.
  4. Kitab al-Dhu`fa wa al-Matrukin, karya Abu Zur’ah Ubaydillah Ibn abd al-Karim al-Razi (w. tahun 264 H), manuskrip.
  5. Kitab al-Dhu’afa wa al-Kadzdzabun wa al-Matrukun min Ashhab al-Hadits, karya Abu Utsman Said Ibn Amr Al-Bardza’i (w. tahun 292 H).
  6. Kitab al-Dhu’afa’ wa al-Matrukin, karya Imam Shamad Ibn Ali al-Nasa’iy (w. tahun 303 H), dicetak di India bersama kitab al-Dhu’afa karya Imam al-Bukhari.
  7. Kitab al-Dhu`afa, karya Abu Ja’far Muhammad Ibn Amr Ibn Musa Ibn Hammad al-Uqayliy (w. 322 H), dalam rupa manuskrip.
  8. Kitab Ma’rifah al-Majruhin min al-Muhadditsin, karya Muhammad Ibn Ahmad Ibn Hibban Al-Bustiy (w. tahun 354 H), manuskrip. Karya manuskrip lainnya adalah al-Tsiqat.

Selain itu ada juga karya yang menulis secara umum para perawi hadis, di antaranya adalah:

  1. Kitab al-Tarikh al-Kabir, karya Imam Bukhari (w. tahun 256 H) mencakup atas 12315 biografi sebagaimana dalam naskah yang dicetak dengan nomor.
  2. Kitab al-Jarh wa al-Ta`dil, karya Abdurrahman Ibn Abi Hatim al-Razi (w. tahun 327 H), merupakan salah satu kitab al-Jarh wa al-Ta`dil terbesar yang kini ada, dan memberi banyak faidah. Kitab ini memuat banyak penilaian para imam al-Jarh wa al-Ta`dil terhadap para perawi hadis. Ia merupakan resume besar dari upaya para pendahulu ilmu ini.

Selanjutnya ada pula karya dalam studi ini yang khusus membicarakan rijal al-hadits yang terdapat dalam kitab-kitab hadis karya para imam hadis, baik rijal al-hadis dalam kitab hadis tertentu, maupun rijal al-hadis dalam berbagai karya kitab hadis. Berikut ini adalah di antaranya:

  1. Kitab Asamiy Man Rawa ‘anhum al-Bukhari  dalam manuskrip karya Ibn Qaththan  Abdullah bin ‘Ady Al-Jurjani (w. tahun 360 H).
  2. Kitab Dzikr Asma’ al-Tabi`in wa Man ba’dahum Min Man Shahhat Riwayatuhu min al-Tsiqat ‘inda al-Bukhari berbentuk manuskrip, karya Abu al-Hasan Ali Ibn Umar al-Daraquthniy (w. tahun 385 H).
  3. Kitab al-Hidayah wa al-Irsyaad fi Ma’rifah Ahl al-Tsiqah wa al-Sadad, karya Abu Nashr Ahmad Ibn Muhammad al-Kalabadziy (w. tahun 398 H), khusus memuat transmiter Imam Bukhari dalam bentuk manuskrip.
  4. Kitab al-Ta`dil wa al-Tarjih li Man Rawa ‘anhu al-Bukhari fi al-Shahih, karya Abu al-Walid Sulayman Ibn Khalaf al-Baji al-Andalusiy (w. tahun 474 H), manuskrip.
  5. Kitab al-Ta`rif bi Rijal al-Muwaththa’, manuskrip karya Muhammad Ibn Yahya Ibn al-Hidza al-Tamimiy (w. tahun 416 H).
  6. Kitab Rijal Shahih Muslim, karya manuskrip Abu Bakar Ahmad bin Ali bin Manjawaih Al-Ashfahani (w. tahun 247 H).
  7. Kitab Rijal al-Bukhari wa Muslim, manuskrip karya Abu al-Hasan Ali Ibn Umar al-Daraquthniy (w. tahun 385 H).
  8. Kitab Rijal al-Bukhari wa Muslim, karya Abu Abdillah al-Hakim al-Naisaburiy (w. tahun 404 H), telah dicetak.
  9. Kitab al-Jam’i Bayna Rijal al--Shahihayn, karya Abu al-Fadhl Muhammad Ibn Thahir al-Maqdisy (w. tahun 507 H), tercetak.
  10. Kitab al-Kamal fi Asma’ al-Rijal, karya al-Hafizh Abd al-Ghaniy Ibn Abd al-Wahid al-Maqdisy Al-Jumma’iliy (w. tahun 600 H), termasuk karya tertua yang sampai pada kita yang secara khusus membahas perawi Kutub al-Sittah. Kitab ini dipandang sebagai referensi pokok bagi para penulis setelahnya dalam bab ini. Sejumlah ulama telah melakukan koreksi dan peringkasan terhadapnya.
  11. Kitab Tahdzib al-Kamal, karya al-Hafizh al-Hajjaj Yusuf Ibn az-Zakiy Al-Mizziy (w. tahun 742 H).
  12. Kitab Tadzkirah al-Huffazh, karya Abu Abdillah Muhammad Ibn Ahmad Ibn Utsman al-Dzahabiy (w. tahun 748 H).
  13. Kitab Tahdzib al-Tahdzib, karya al-Dzahabiy.
  14. Kitab Al-Kasyif fi Ma’rifah man Lahu Riwayat fi al-Kutub al-Sittah, karya Adz-Dzahabiy.
  15. Kitab Tahdzib al-Tahdzib, karya al-Hafizh Ibn Hajar al-Atsqalaniy (w. tahun 852 H), merupakan ringkasan dan koreksi atas Tahdzib al-Kamal-nya al-Mizziy. Kitab ini adalah kitab yang paling dikenal dan dicetak secara terus-menerus. Di dalamnya Ibn Hajar melakukan peringkasan atas komentar al-Mizziy yang menurutnya perlu diringkas, dan menambah hal-hal yang pada penglihatannya terlewatkan dari pengamatan al-Mizziy di dalam kitabnya. Kitab Tahdzib al-Tahdzib adalah kitab paling baik dan paling detil.
  16. Kitab Taqrib al-Tahdzib, karya Ibnu Hajar.
  17. Kitab Khulashah Tahdzib al-Kamal, karya Shafiyyuddin Ahmad Ibn Abdillah al-Khazrajiy (w. tahun 934 H).
  18. Kitab Ta’jil al-Manfa’ah bi Zawaid al-Kutub al-Arba’ah, karya Al-Hafizh Ibn Hajar Al-Atsqalaniy.
  19. Kitab Mizan al-I`tidal fi Naqd al-Rijal, karya Al-Hafizh al-Dzahabiy (w. tahun 748 H), termasuk kitab yang paling lengkap tentang biografi orang-orang yang dinilai buruk (majruh).
  20. Kitab Lisan al-Mizan, karya al-Hafizh Ibn Hajar al-Atsqalaniy.
  21. Kitab al-Tadzkirah bi al-Rijal al-‘Asyarah, karya Abu Abdillah Muhammad Ibn Ali al-Husayniy al-Dimasyqiy (w. tahun 765 H). Kitab ini mencakup atas biografi seluruh penutur hadis dari sepuluh kitab hadis utama, yaitu : rawi-rawi yang terdapat dalam al-Kutubus-Sittah, yang menjadi objek pembahasan pada kitab Tahdzibul-Kamal-nya Al-Mizzi, ditambah rawi-rawi yang ada dalam empat kitab lainnya karya imam empat madzhab : al-Muwaththa’, Musnad al-Syafi`i, Musnad Ahmad Ibn Hanbal, dan Musnad Abu Hanifah yang diriwayatkan oleh al-Husain Ibn Muhammad Ibn Khasru yang memuat  hadis-hadis yang ditransmisikan oleh Imam Abu Hanifah.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Flag Counter
free web site traffic and promotion
SEO Stats powered by MyPagerank.Net