Ucapkan...

Ucapkan...

Kamis, 14 November 2013

'ILMU AL JARH WA AL TA'DIL (BAGIAN 2)

 









F. Cara Mengetahui Jarh dan Ta`dil

1. Penetapan Kelemahan Rawi Hadis
Penetapan cacatnya seorang rawi hadis dapat ditempuh dengan dua jalan, yakni:
a. Melalui informasi yang bersifat merata terkait kelemahan yang ada pada diri seorang rawi. Misalnya, seorang rawi yang sudah dikenal luas di masyarakat sebagai orang fasiq atau pendusta, maka menjadi tidak perlu lagi dipersoalkan. Cukuplah informasi tersebut sebagai jalan untuk menetapkan kelemahannya atau cacatnya.
b. Melalui informasi dari seseorang yang terpercaya (`adil) dan mengetahui sebab-sebab kelemahannya. Pendapat ini dipegangi oleh para ahli hadis, sementara itu menurut para ahli hukum Islam (fuqaha) sekurang-kurangnya berita tentang cacatnya seorang penutur hadis itu harus berasal dari dua orang laki-laki yang adil.

2. Penetapan Keunggulan Rawi Hadis
Sebagaimana penetapan terhadap kelemahan seorang rawi hadis, maka penetapan keunggulannya pun dapat diketahui melalui:

a. Popularitasnya (bi al-syuhrah) di kalangan ahli hadis sebagai orang yang adil atau unggul. Seperti keterkenalan Malik Ibn Anas, Sufyan al-Tsawry, Syu’bah Ibn Al-Hajjaj, Muhammad Ibn Idris al-Syafi`iy, Ahmad Ibn Hanbal, dan yang lainnya.

b. Pujian dari seorang yang adil (bi al-tazkiyah), yakni penilainnya kepada seseorang yang dipandangnya sebagai rawi yang adil dan unggul, padahal bisa jadi pada awalnya rawi tersebut belum terkenal sebagai rawi yang adil dan unggul.

Terkait dengan penetapan keunggulan seorang rawi melalui tazkiyah ini dapat dilakukan oleh :
i. Seorang rawi yang adil saja, demikian pendapat umumnya para muhadditsun. Artinya, tidak memerlukan penilaian dari banyak orang. Dalam pandangan mereka faktor jumlah tidak menjadi syarat untuk penerimaan riwayat. Pendapat ini berbeda dengan pendapat para fuqaha yang mensyaratkan sekurang-kurangnya dua orang dalam pen-tazkiyah-an seorang rawi hadis.
ii. Setiap orang yang dapat diterima periwayatannya, dengan mengabaikan aspek jender dan status sosialnya, selama orang tersebut mengetahui sebab-sebab yang dapat adilnya seorang rawi hadis.


G.    Kontradiksi antara Jarh dan Ta`dil

Penilaian terhadap seorang penutur hadis tidak selamanya satu. Seringkali ditemui adanya kontradiksi dalam penilaian. Seorang penutur hadis selain mendapatkan Ta`dil  (penandaan baik) dari para ulama semasanya, ia juga mendapatkan tajrih (penandaan buruk) yang dapat mengurangi kredibilitasnya sebagai seorang penutur hadis.
Untuk mengatasi kontradiksi sebagaimana dimaksud, para ulama hadis membuat kaidah-kaidah sebagai berikut:
1.      Mempertegas atau memperkuat (ta’kid) kembali, mengenai pertentangan tersebut, apakah memang benar-benar ada atau tidak.
2.      Mencari penyebab pertentangan tersebut, karena bisa jadi seorang perawi di awal mendapatkan tajrih, lalu bertaubat dan mendapatkan Ta`dil dari yang lainnya setelah melakukan pertaubatan. Mungkin juga si rawi hadis di usia mudanya memiliki akurasi intelejensia yang tinggi berupa hapalan yang sangat kuat, namun setelah berusia lanjut hapalannya agak berkurang, serta hal-hal lainnya yang memungkinkan dilakukannya kompromi.
3.      Apabila jalan kompromi tidak dapat dilakukan, maka mayoritas ulama hadis berpendapat bahwa tajrih didahulukan daripada Ta`dil, dengan syarat tajrih-nya bersifat mufassar (dijelaskan). Kondisi ini tetap diberlakukan meskipun yang menilai baik jumlahnya lebih banyak dari yang menilai buruk. Hal ini berdasar dugaan kuat bahwa yang melakukan penilaian buruk mengetahui hal-hal yang bersifat batini (tersembunyi) yang tidak diketahui oleh orang yang memberi nilai baik.

Terkait dengan poin 3 di atas, ulama hadis menetapkan syarat berikut:
a.       Tajrih yang disampaikan harus disertai penjelasan dari mujarrih. Artinya, bila tajrih itu tidak disertai penjelasan, maka Ta`dil-lah yang mesti didahulukan.
b.      Ta`dil yang bertentangan dengan tajrih harus  bersifat global dan mutlak. Apabila mu`addil mampu memberikan penjelasan tentang tajrih yang ditimpakan kepada seorang rawi, sementara rawi dimaksud telah bertaubat, maka tajrih-nya dinyatakan batal oleh ta`dil tersebut.

H.    Perbedaan Tingkat Para Perawi

Dalam melakukan pemeringkatan perawi hadis, muhadditsun menggunakan ragam atribut sesuai dengan yang diperlukan. Sebagaimana terbaca dalam berbagai kitab rijal hadis, atribut atau sebutan yang dilekatkan kepada diri perawi bermacam jenis.  Sebagai misal:

Di antara mereka ada yang digelari al-tsabt (yang teguh), al-hafizh (penghafal kuat), al-wari` (bersikap hati-hati), al-mutqin (yang teliti), al-naqid (yang kritis dalam menganalisis hadis). Orang-orang yang mendapatkan predikat seperti ini tidak diperselisihkan lagi kredibilitasnya, bahkan penilaian mereka terhadap perawi lain dapat dijadikan pegangan dan hujjah (kekuatan bukti).

Di luar mereka ada pula orang yang dinilai memiliki sifat al-`adl pada diri (dengan pengertiannya yang khas sebagaimana dipahami oleh para pembelajar hadis), teguh dalam periwayatan, jujur dan benar dalam penyampaian hadis-hadis, wara’ dalam beragama, hafal dan teliti  dalam hadis-hadisnya. Penutur seperti ini adalah penutur yang ‘adil – selain pribadinya dapat dipercaya – hadisnya pun bisa dijadikan hujjah.

Selain itu ada pula rawai yang shaduq, wara’, shalih, ber-taqwa, dan tsabt, hanya saja terkadang salah atau keliru dalam periwayatan. Untuk orang dengan predikat ini para ulama kritik hadis masih dapat menerimanya dan hadis yang diriwayatkannya pun masih dapat dijadikan hujjah.

Sedangkan mereka yang shaduq, wara’, ber-taqwa, namun seringkali lalai, ragu, salah, keliru, dan lupa, maka hadisnya boleh ditulis untuk kepentingan-kepentingan targhib (memotivasi), tarhib (mengancama), kezuhudan, dan adab. Adapun terkait dengan masalah halal dan haram, hadis mereka dinyatakan tertolak dan tidak dapat digunakan.

Selanjutnya, orang yang tampak darinya kebohongan, maka hadisnya ditinggalkan dan riwayatnya dibuang[1] (turika haditsuh wa thurihahu/matruk al-hadits wa al-mathruh).


[1] Muqaddimah Al-Jarh wa al-Ta`dil 1/10.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Flag Counter
free web site traffic and promotion
SEO Stats powered by MyPagerank.Net