HIDUP MANUSIA DALAM TIGA MASA (KHE. Abdurrahman)
Kita hidup dalam tiga masa; masa lalu, kini, dan masa yang akan datang. Masa lalu, suka dukanya tidak dapat diulang, sedang yang akan datang masih gelap, ghaib, dan masih merupakan rahasia Allah. Kita merasa senang karena ada harapan yang baik di masa depan. Dan mungkin orang akan merasa putus asa jika melihat masa depan dengan mata yang buta, atau memandang masa depan yang gelap, dan sepi dari harpan-harapan yang baik. Karenanya masa yang sedang dilalui atau masa kini wajib kita hadapi dengan penuh perhatian. Kesempatan yang tidak boleh dibiarkan berlalu tanpa amal sholeh, dan usaha yang bermanfaat. Kesempatan untuk menanam harapan yang baik, yang menerangi masa depan, saat memetik hasil dari tanaman yang lalu
“Ma madho fataa wal mu’ammatu ghoebun wassa-atu allati anta fieha”.
Artinya : “Yang lalu telah luput, yang dinantikan masih ghaib, dan untuk kamu adalah saat kamu sekarang”.
Memuji saat yang lalu, mengutuk masa depan yang katanya gelap akan mengacaukan pikiran dan perbuatan dalam masa yang sedang dilalui, yang seharusnya menjadi saat bekerja dan menanam jasa yang baik dan kerja yang mulia.
Biarkanlah suka dan duka dimasa lalu, menghilang ditelan zaman. Mintalah ampun bila bersalah. Peliharalah amal shalihnya agar jangan disambung dengan amal yang salah. Jadikanlah pengalaman yang pahitnya sebagai obat penawar dan penyegar badan, sebagai pelajaran yang baik, tetapi jangan sampai perbuatan itu diulang.
Hari esok isinya ghaib, tidak dapat diketahui apa isinya dengan pasti, hanya dapat diramalkan dan diusahakan agar sesuai dengan apa yang kita inginkan, ibarat benih tanaman yang baru yang sudah disebarkan. Karenanya, perasaan tidak enak, tidak enak dimakan dan tidak enak tidur karena khawatir esok tidak dapat makan dan minum, hanya berarti memperpanjang kesengsaraan dan kelaparan. Tapi berusahalah dan berikhtiarlah, sebab qadar dan hak yang kita terima, baik buruknya, tidak jauh dari jumlah kewajiban yang telah dilakukan dan tugas yang telah diselesaikan.
“Tidak ada zaman yang buruk atau zaman yang gelap. Yang ada adalah pemakai atau orang yang mengisi zaman dan masa tersebut, yang tidak bisa selalu sama, ada yang saleh dan ada yang salah”.
Semuanya tergantung pada isi hati dan saat kita ada padanya. Hari ini adalah hari kita, masa lalu akan berubah menjadi hari-hari yang terang, jika dengan hari ini, kita isikan amal perbuatan yang baik. Dan masa yang akan datang akan menyinarkan harapan yang baik, bila hari ini kita menanam sesuatu amal yang baik.
Barang yang hilang ada harapan untuk mendapat gantinya. Uang yang tidak dipakai akan merupakan simpanan dan tabungan yang jumlahnya akan bertambah banyak. Akan tetapi, hari dan waktu yang dibuang akan hilang, tidak akan ada gantinya. Ia akan membawa jatah bilangan umur, dan bila tidak dipakai, tidak akan merupakan tabungan dan simpanan yang disaat diperlukan bisa digunakan, melainkan akan hilang dengan segala kekosongan.
Jumlah harta yang dimiliki, banyaknya ilmu yang dikuasai, keahlian dan kepintaran berbeda bagi setiap orang. Tapi waktu, semua manusia dibagi rata, tidak ada yang dibedakan, masing-masing mendapat 24 jam satu hari satu malam. Tapi anugrah yang sama itu tidak sama bagi setiap manusia dalam menggunakan dan menghabiskannya, dan berbeda pula mengenai apa yang dijadikan isi bagi hari dan malam masing-masing.
Untuk menghadapi masa datang berusahalah agar dapat menempatkan diri dalam lingkungan taqwa, agar diri kita jauh dari kesalahan dan kesesatan, seperti jauhnya Timur dan Barat, Artinya, mesti berlainan arah. Sebab, yang mengarahkan diri ke arah taqwa tidak akan bertemu dengan durhaka. Yang bergembira dengan kebaikan dan kebenara, tidak akan gembira dengan kekejaman dan kezhaliman. Kenikmatan adalah dengan ta’at, tidak akan nikmat dengan maksiat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar